Beberapa kata dan gambar tidak dapat menangkap dampak kritis dari praktik seni Heri Dono yang telah berlangsung selama hampir empat dekade. Karya seni animistiknya telah menjadi saksi perubahan budaya yang genting dan masih sangat hidup dalam perdebatan kontemporer. Untuk benar-benar merasakan karyanya, tontonlah film dokumenternya 'The Enigma of HeDonism' (2021). Atau lihatlah karyanya di berbagai pameran.
Inilah pengalaman kami saat bertemu dengannya. Heri Dono bisa jadi merupakan tokoh yang langsung keluar dari lakon pewayangan. Seorang legenda hidup. Dia adalah salah satu seniman visual Indonesia yang paling terkenal, dengan status ikonik di seluruh dunia. Tapi Anda masih bisa dengan mudah bertemu dengannya saat dia bersepeda santai keliling kota dengan sepeda roadster antiknya. Jadi kami mengambil kesempatan ini. Kami menghampirinya dan dia dengan senang hati memberi kami tur ke studionya dan berbagi wawasannya. Kami makan tahu guling untuk makan siang dan berbincang tentang harimau, animisme dan dialog artistik antara Indonesia dan Belanda.
Ruang kerja Heri Dono dinamakan Studio Kalahan karena mereka percaya bahwa ketidaksempurnaan, kesalahan dan kegagalan adalah berkah dan bagian penting dari proses kreatif (Studio Kalahan). Bangunan ini merupakan kantor polisi Belanda pada masa kolonial. Kreasi artistik Heri Dono telah mengambil alih tempat itu, menumbangkan fondasi bangunan itu sendiri. Instalasi yang dapat bergerak sendiri dan lukisan-lukisan yang hidup adalah penghuni baru. Mengunjungi Studio Kalahan seperti terbang bersama Howl's Moving Castle dalam pikiran Heri Dono.
Berikut ini adalah bagian dari wawancara dadakan kami dengan Heri Dono di Studio Kalahan:
Pintu Masuk Studio
Apakah Anda melihat roh di dalam wayang dan dari mana Anda melihat asalnya?
Ya, wayang memiliki roh. Sebenarnya, ceritanya tidak diimpor dari India, seperti Mahabharata dan Ramayana. Sebelum agama Hindu datang ke Indonesia, kami memiliki kepercayaan lokal yang kami sebut Kejawèn. Ketika orang Hindu datang ke Indonesia, ini seperti mempromosikan agama Hindu melalui pertunjukan wayang.
Saat membaca puisi Noto Soeroto, kami menemukan frasa: 'Wayang manut dalang, dalang manut wayang' (Soeroto, 1916). Soeroto menggunakannya untuk menggambarkan bagaimana wayang mengikuti instruksi dalang dan sebaliknya. dalang bereaksi terhadap gerakan wayang. Mungkinkah penonton memiliki pengaruh yang sama pada pertunjukan? Apa pendapat Anda tentang hal ini?
Saya pikir ini menarik karena bagi kepercayaan animisme, wayang itu hidup, seperti manusia. Jadi ketika kita berpikir bahwa kita adalah dalang, saya percaya bahwa kita adalah wayang juga.
Ketika Anda membuat boneka wayang, apakah boneka itu merupakan perpanjangan tangan Anda? Atau apakah Anda adalah perpanjangan tangan dari wayang? Apakah karya seni itu dalang atau Anda?
Sebenarnya saya pernah membuat pementasan wayang pada tahun 1993 yang pada saat itu saya menjadi dalang, pada akhirnya saya menjadi wayang. Karena pada saat itu saya melihat situasi ketika kita berada di rezim Soeharto. Dalang mendapat perintah dari rezim untuk mengarahkan orang. Dan kemudian ketika saya mungkin menjadi dalang, pada akhirnya saya menjadi wayang. Jadi dalang dan wayang. Dalam politik kita bisa dikatakan sebagai wayang.
Heri Dono, Three Donosaurus, 2013.
Saat ini, tampaknya manusia adalah wayang yang digerakkan oleh teknologi sebagai dalang. Apa pendapat Anda tentang wayang sebagai teknologi yang hidup?
Ketika kita melihat robot Sophia, ketika kita melihat teknologi baru ini dari konsep animisme, sebenarnya robot ini dibuat dari material. Namun kita masih bisa berdiskusi dengan robot ini layaknya seorang manusia.
Heri Dono, Fermentation of Nose, 2011.
Di Studio Kalahan, kami melihat berbagai karya arsip Heri Dono. Masing-masing dengan sikap kritisnya sendiri. Karya seperti 'Fermentation of Nose' (2011) masih beresonansi kuat dengan percakapan kontemporer tentang post-truth dan realitas virtual. Karya seni ini mempertanyakan bagaimana bentuk-bentuk baru produksi pengetahuan mengubah siswa menjadi pemikir robotik yang patuh pada kebenaran yang disuguhkan oleh teknologi. Instalasi artefak teknologi yang digunakan kembali oleh Heri Dono terasa seperti penghuni studio. Ia sangat peduli dengan instalasi-instalasinya. Setiap hari dia rajin membersihkan debu dari instalasi dan dengan hati-hati memeriksa apakah instalasi tersebut masih bergerak. Studio Kalahan adalah pengingat bahwa karya seni, arsip, dan benda-benda teknologi penuh dengan kehidupan.
Terima kasih pak Heri Dono dan Studio Kalahan
Macan Mountain
Catatan: Percakapan ini terjadi pada tahun 2022 dan awalnya merupakan campuran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Kami telah menerjemahkan percakapan ke dalam kedua bahasa agar mudah dibaca. Hal ini mungkin mengakibatkan beberapa kesalahan terjemahan kecil. Yang akan kami anggap sebagai berkah dalam proses kreatif.
Referensi
Bayang, Wimo. The Enigma of HeDonism. Srisasanti Syndicate. 2021.
Hanson Robotics. Sophia. https://www.hansonrobotics.com/sophia/
Heri Dono. https://heridono.com/category/exhibition/
Soeroto, Noto. De geur van moeders haarwrong. 1916.
Studio Kalahan. https://studiokalahan.com/
Fotografi
Riski Gayuh N.
Teks
Macan Mountain
Berkolaborasi dengan Heri Dono dan Studio Kalahan (Jogjakarta, Indonesia)
Percakapan ini terjadi pada bulan Agustus 2022
Macan Bertemu ...
Dalam seri "Macan bertemu...", Macan pergi ke alam liar untuk mengeksplorasi perspektif mitos melalui kunjungan studio, dialog, anekdot, dan karya seni. Kami mengajak para seniman yang berpikiran sama untuk mengekspresikan praktik mereka melalui mata macan.